Monas, Jam Gadang, Nol Kilometer…


Foto: Daihatsu

Mengikuti petualangan tim Terios 7 Wonders selama dua minggu lebih satu hari itu menariknya sungguh keterlaluan. 21 catatan perjalanan rasanya kurang nendang jika saja tim Terios 7 Wonders tidak menambah 15 jepretan kegiatan selama bertualang. Alangkah beruntungnya 10 pria dengan berbagai latar belakang itu bisa berkelana ke pulau Barat Indonesia yang menyajikan seduhan kopi hitam legamnya, Sumatera Coffee Paradise.

Tim Terios 7 Wonders bisa dikata tepat dalam memilih ide perjalanan juga rutenya. Alasannya kuat, membuktikan mobil sebagai “sahabat” sejati ketika bertualang dan “mengupas” biji kopi yang tersua di Sumatera, paduan ide yang menarik. Mereka juga menunggangi kendaraan yang tepat, Daihatsu Terios Hi-Grade Type TX AT dan TX MT dengan mesin 3SZ-VE DOHC VVT-I 1.495cc yang tertanam di dalamnya. Emm… Tim Terios 7 Wonders siap menghempas debu, Jakarta – Sabang.

Ide tepat, alasan tepat, kendaraan tepat. Sempurna. “Mobil Sahabat Petualang”. Tentu saja. Tim 7 Wonders memacu Daihatsu Terios dengan jarak tempuh 3657 Km. Mobil dinyalakan 10 Novemeber lalu, perjalanan perdana dengan jarak tempuh 567 Km (Jakarta – Liwa) akhirnya dimulai. Liwa merupakan kota hujan yang berada di pegunungan  Bukit Barisan Selatan.

Tim 7 Wonders melalui kawasan Bukit Kemuning menuju Liwa. Posisi Liwa yang berada di pegunungan Bukit Barisan itu menyajikan ragam jalan yang berbeda-beda, Daihatsu Terios yang dipilih sebagai sahabat petualang pun diuji “kesetiaannya”.  Tikungan pendek dan tanjakan terjal mendominasi perjalan menuju Liwa. Pengemudi (beberapa kali) melakukan shifter. Terios AT di-shifter dari D-3 ke D-2. Sementara Terios MT  di-shifter dari 4 ke 3.

Setiba di Liwa, Tim 7 Wonders berdiskusi dengan penyuluh pertanian sekaligus pemilik pabrik pengolahan kopi. “Biji kopi yang diolah di sini berasal dari petani kopi di sekitar sini. Selain pengolahan cara lama kami mencoba kopi beraroma. Ada 2 macam yang sudah dikembangkan dan yaitu kopi beraroma ginseng dan kopi berorama pinang,” jelas Khodis.

Demikian perjalanan pertama Tim 7 Wonders dan masih ada enam desitnasi lain yang tersebar sampai Pulau Sabang. Syukur, tidak ada kendala begitu berarti yang dialami tim dalam petualangan menyusuri Sumatera, Sumatera Coffee Paradise.

Ketika Tim hendak memasuki Medan, misalnya, salah satu Daihatsu Terios hanya mengalami penyok di bagian depan, akibat moncong kiri mobil terbentur belukar ketika melaju dari Mandailing Natal menuju Tarutung.

Jalur Mandailing Natal – Tarutung bisa dikata paling “angker”, badan jalan yang rusak ditambah guyur hujan pula. Kesetiaan “sahabat” petualang (Daihatsu Terios) lagi-lagi diuji. Ketangguhan suspensi Terios diduga akan terganggu. Namun nasi belum menjadi bubur. Ketangguhan suspensi Terios tak pernah kendur.

Sampai di Medan, pengecekan pun dilakukan. Ajaib, tidak ada gangguan yang begitu kentara. Mekanik di Main Dealer Daihatsu Medan tak sampai mengernyitkan dahi ketika mengecek tiga “pasien”-nya itu. “Kondisi mobil masih cukup baik.”

Sadar atau tidak sadar, tingkat keamanan berkendara lebih tinggi pada pengguna mobil. Andai-andai kecelakaan, laga kambing, misalnya, si pengendara mobil akan “mencium” airbag pada setir mobil dan mengurangi resiko benturan. Ditambah tubuh yang terikat dengan seat belt dan masih banyak lagi hal yang menguntungkan pengedara mobil saat bertualang. Menjadikan mobil sebagai sahabat petualang kiranya sangat tepat. Namun menjadi tidak tepat ketika anda salah memilih “sahabat”.

Di Aceh, Tim 7 Wonders mengecap Kopi Gayo di Kota Takengon. Sementara tiga Daihatsu Terios mengecap trek bukit Oregon. Trek light off-road dengan pemandangan yang indah itu “dilalap” habis. Kemampuan Terios untuk yang terakhir kalinya diuji di sini. Alahmak, ketangguhan kaki-kaki Terios kokoh bukan kepalang. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur itu bukan halangan.

Finish! Rangkaian petualangan panjang berakhir di Sabang. Tepat di tugu Nol Kilometer Indonesia, Tim 7 Wonders memakirkan ketiga koleganya di ujung Indonesia Barat itu.

Seremoni singkat menandai berakhirnya ekspedisi digelar di Tugu Nol Kilometer. Plakat Terios 7 Wonders yang dibawa tim dari Jakarta itu diserahkan oleh Tunggul Birawa, komandan tim Terios 7 Wonders kepada Amelia Tjandra. Selanjutnya plakat ini diserahkan kepada dr. Togu yang mewakili pemda Sabang. Plakat ini akan ditanam di lokasi yang memang sudah disediakan di sekitar lokasi tugu Nol Kilometer.

Petualangan panjang dan mendebarkan. Segala hal yang buruk tentu sudah diprediksi. Hal itu lah yang membawa Tim 7 Wonders berhasil menaklukkan petualangan kali ini. Tidak hanya itu, keberhasilan Tim 7 Wonders tentu menjadi khayalan semata –apabila Daihatsu Terios– bukanlah partner bertualang.

“Mobil Sahabat Petualang” sekiranya pantas dikampanyekan. Bukti telah ada, petualangan yang memakan waktu dua minggu lebih satu hari itu lebih dari cukup. Namun tetap, sebagai insan yang haus akan petualangan dan perjalanan menantang (seperti saya), tentu akan menunggu dan mendoakan agar kedepan akan ada petualang Tim 7 Wonders yang beriktunya.

Alam Indonesia begitu luas dan betapa cantiknya, tidak akan habis dikupas sampai seratus abad kedepan. Nah,  disitulah letak keasyikannya,”Rute mana lagi yang akan ditaklukan Tim 7 Wonders Daihatsu Terios ini?”. Tentunya bersama mobil, mobil sahabat petualang.[]

2 tanggapan untuk “Monas, Jam Gadang, Nol Kilometer…”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.